Kisah dibalik nisan-nisan VOC. Nisan zaman VOC di Batavia--kini Jakarta--umumnya terbuat dari batu gunung biru atau batu pantai keras asal Coromandel, India Selatan. Nisan berbentuk persegi panjang berukuran 2,2 meter x 1 meter.
Liliek Soeratminto, dosen FIB UI, melalui kajian semiotika dan analisis teks telah memecahkan kode-kode sosiohistoris di balik indahnya ukiran teks dan lambang ikonis nisan VOC. Ukiran teks menunjukkan struktur sosial masyarakat Batavia abad ke-17 dan ke-18 yang mengikuti hierarki kedudukan dalam VOC. Sedangkan ukiran lambang ikonis menyiratkan kebangsawanan keluarga, kepercayaan, sekaligus melukiskan hubungan antara komunitas Kristen di Batavia dengan leluhurnya di Eropa.
- Kuda melompat ke kanan: Kehidupan sudah pergi meninggalkan raganya, jiwa sudah bebas menuju ke surga
- Helm perang berterali: Bangsawan
- Kalung salib: Kristiani
- Baju zirah: Kesatria
- Perisai berpembatas garis tanda salib: Kesatria kristiani
- Pohon (dalam perisai): Kedamaian dan abadi
- Simpul tali: Ikatan abadi, kesempurnaan
- Daun akantus: Hidup abadi
- “Karena ketidaktenangan, beristirahatlah di bawah ini yang mengagumkan kebajikan dan ketekunannya, Yang Mulia Tuan Michiel Westpalm dari Ameland. Anggota Dewan Tertinggi dan Direktur Jenderal Hindia-Belanda. Wafat di Batavia 24 Agustus 1734 dalam usia 50 tahun, 11 bulan, dan 26 hari”.
Nisan di atas adalah salah satu nisan zaman VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) milik Michiel Westpalm dari Ameland. Nisan-nisan zaman VOC tak membisu dalam beku. Mereka menjadi arsip kehidupan masa lalu.(sumber)